Jumat, 19 Februari 2010

KODE ETIK

KODE ETIK

Dalam buku Kamus Dewan tulisan Dr. Teuku Iskandar yang diterbitkan dewan bahasa dan pustaka kementrian pelajaran Kuala Lumpur 1970, dikemukakan tentang pengertian kode etik adalah sebagai berikut: (1) Etika adalah ilmu berkenaan dengan dasar-dasar akhlak atau moral. (2) Suatu system dasar-dasar akhlak atau tingkah laku bagi suatu kumpulan.

Menurut Adi Negara dalam bukunya Ensiklopedia Umum mengatakan:Eticha: Ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan; Eticha: Ethos, adat, budi pekerti, kemanusiaan, pelajaran dalam hal budi pekerti kemanusiaan dan harganya.

Sedangkan John P. Noman menyatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari moralitas perbuatan-perbuatan manusia.

Kode etik sebenarnya bukanlah hal yang baru lagi, kode etik sudah lama diterapkan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat dengan berbagai ketentuan tertulis yang harus dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.

Salah satu contoh kode etik tertua adalah “ Sumpah Hippokrates “ yang bisa dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter. Saat ini Dikalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikenal dengan kode etik KORPRI yang disebut dengan Sapta Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia, sementara dikalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dikenal dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Ada juga kode etik mahasiswa yang disebut Student Conduct. Bahkan dikalangan para pelajarpun sebenarnya sudah mengenal kode etik dengan sebutan Panca Prasetya Siswa.

Kode etik ibaratnya sebuah kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi, sekaligus juga menjamin mutu moral profesi tersebut dimata masyarakat. Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan, sebab dihasilkan oleh penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu yaitu profesi. Supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahasa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERUBAHAN

Manajemen Perubahan : suatu upaya yg dilakukan manajemen guna melakukan perubahan berencana dengan menggunakan jasa/ bekerjasama dengan intervenis/ konsultan. Agar organisasi tersebut tetap survive dan bahkan mencapai puncak perkembangannya.

Macam2 Perubahan :


*Perubahan tidak berencana
*Perubahan berencana


Perubahan tidak berencana :

* Perubahan karena perkembangan ( Developmental Change)
*Perubahan secara tiba-tiba (Accidental Change)

Perubahan berencana :

*Perubahan yg disengaja/ bahkan direkayasa oleh pihak manajemen
*Penerapan pengetahuan tentang manusia secara sistematis dan tepat dengan maksud
melakukan tindakan yg berarti (Bennis, Benne dan Chin).
*Usaha untuk mengumpulkan, menggunakan data dan informasi guna memecahkan
persoalan sosial (Kurt Lewin).
*Perubahan yg dilakukan secara sengaja, lebih banyak dilakukan atas kemauan
sendiri, sehingga proses perubahan itu lebih banyak diusahakan oleh sistem itu
sendiri.

Strategi Perubahan :

*Political strategy : Pemahaman mengenai struktur kekuasaan yg terdapat dalam
sistem sosial.
* Economic Strategy : Pemahaman dalam memegang posisi pengaturan sumber
ekonomik, yaitu memegang posisi kunci dalam proses perubahan berencana.
* Academic Strategy : Pemahaman bahwa setiap manusia itu rasional, yaitu setiap
orang sebenarnya akan bisa menerima perubahan, manakala kepadanya disodorkan
data yg dapat diterima oleh akal sehat(Rasio).
* Enginering Strategy : Pemahaman bahwa setiap perubahan menyangkut setiap
manusia.
*Military Strategy : Pemahaman bahwa perubahan dapat dilakukan dengan kekerasan/
paksaan.
*Confrontation Strategy : Pemahaman jika suatu tindakan bisa menimbulkan
kemarahan seseorang, maka orang tersebut akan berubah.
*Applied behavioral science Model : Pemahaman terhadap Ilmu perilaku.
*Followship Strategy : Pemahaman bahwa perubahan itu dapat dilakukan itu dapat
dilakukan dengan mengembangkan prinsip kepengikutan.

PEMETAAN FIKIRAN

Peta pikiran

adalah teknik pencatatan yang menyajikan informasi secara grafis dan sederhana. Peta pikiran membantu mengidentifikasi gagasan utama dan gagasan lain yang berkaitan sebagai cabang. Peta pikiran membantu membuat hubungan dan sajian antara gagasan utama. Peta pikiran dapat digunakan untuk merangkum informasi atau memikirkan masalah yang rumit/kompleks.

Proses:


1. Tulislah gagasan/masalah pokok di tengah halaman kertas, gambarkan lingkaran
di sekelilingnya.
2.Untuk gagasan pada tingkat pertama, tarik garis dari lingkaran kea rah mana saja, dan tuliskan judul sepanjang garis tersebut. Buatlah dengan jelas dan sederhana.
3. Untuk gagasan turunan dari gagasan pertama, tarik beberapa garis dari ujung garis pertama, dan beri label masing-masing.
4.Untuk gagasan tunggal, tarik garis dari ujung garis yang cocok.

Sebuah peta pikiran yang besar mungkin memiliki gagasan pokok , kemudian menyebar ke berbagai arah gagasan-gagasan yang berkaitan, fakta dan masalah, laksana cabang dan ranting dari sebuah batang pohon. Saudara tak perlu khawatir dengan struktur yang dihasilkan, biarkan berkembang seadanya.


Gagasan berikut mungkin membantu mengefektifkan Peta Pikiran saudara:

* Gunakan satu kata atau prase yang tajam untuk suatu informasi. Kata-kata yang panjang hanya akan membuat peta pikiran menjadi tidak jelas dan memerlukan waktu untuk menuliskannya.
Gunakan warna untuk memisahkan gagasan yang berbeda. Warna membantu visualisasi, mengingat kembali, dan memperlihatkan hubungan. Jika beberapa orang membuat peta pikiran gabungan, maka tiap orang akan menggunakan warna sendiri sehingga mudah untuk melanjutkan gagasan, memahami pikiran, dan melihat dimana gagasan satu berhubungan dengan gagasan lainnya
*
Gunakan panah untuk menunjukan sebab-akibat..

Penerapan

Peta pikiran merupakan salah satu bentuk cara mencatat yang luar biasa dan cara yang baik untuk merangkum suatu pembicaraan atau penyajian pikiran saudara. Peta pikiran dapat digunakan untuk membuat catatan dalam suatu pertemuan, konferensi, ceramah atau pelajaran. Sebagai alat, peta pikiran memetakan secara visual pembicaraan dan membangun pemahaman. Pemetaan pikiran merupakan proses yang baik dalam kerja kelompok dan dalam menata kegiatan urun gagasan

PENGAWASAN PENDIDIKAN DALAM OTORITAS LEGAL

Pentingnya Pengawasan

Pengawasan yang merupakan salah satu fungsi manajemen penting untuk dilakukan karena:

1. Akan membantu mempertahankan dan meneruskan momentum awal dari suatu
rencana atau tujuan (objectives)
2.Penyesuaian-penyesuaian dapat dibuat secara tepat pada waktunya.
3.Memungkinkan pelaksanaan management by exeption yaitu proses yang digunakan oleh manajer di mana sebagian besar waktu dan usahanya diberikan untuk memecahkan problem yang dihadapi dengan tetap menjamin bahwa tugas-tugas secara normal dikerjakan dan terus maju ke arah penyelesaian atau perbaikan.

Menurut Bafadal (2003) ada tiga faktor yang membuat pengawasan pengawasan penting untuk dilakukan, yaitu:

1. Accountability, agar semua tenaga dan karyawan yang ada di lembaga mampu mengemban tugas dan tanggung jawabnya, bagaimana kinerja mereka akan diukur, dan standar keberhasilan kinerja yang digunakan sebagai kriteria dalam pengukurannya. Pertanggungjawaban tidak akan terlaksana dengan baik dan sungguh-sungguh tanpa adanya suatu sistem pengawasan yang baik.
2.Rapidity of Change, bahwa setiap lembaga merupakan institusi sosial yang tidak terlepas dari lingkungannya. Lingkungan yang berubah cepat menghendaki penyesuaian taktis dan strategis dari lembaga untuk adaptasi. Agar perubahan lingkungan terpantau dan adaptasi terhadap perubahan dapat dilakukan, dibutuhkan adanya sistem pengawasan.
3.Complexity Today’s Organization, stiap lembaga besar dan maju mempunyai program yang beragam guna mencapai tujuan yang juga besar dan kompleks. Bahkan ditemukan lembaga yang membuka cabang di sejumlah tempat yang secara geografis terpencar dari pusatnya.

Legalitas Pengawasan

Pengawasan pendidikan di lingkungan persekolahan, baik yang dikelola pemerintah maupun yang dikelola masyarakat hendaknya memenuhi persyaratan legalitas. Pengawasan pendidikan haruslah memiliki landasan hukum. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan peristiwa multidimensi bersangkut paut dengan pelbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Keberadaan dan pertumbuhan upaya pendidikan tersebut dalam kehidupan masyarakat, bukan tanpa dasar legalistik yang sah. Di satu sisi pendidikan merupakan hak sekaligus kewajiban warga masyarakat dan negara untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya pula.

Ada empat rujukan dalam penerapan landasan hukum bagi pengawasan pendidikan, yaitu:

1. GBHN Tahun 1999
2.Program Kabinet Gotong Royong, berupa: UU No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3.Undang-Undang, yaitu: UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Ps. 112-114 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Ps.66
4 Peraturan Perundang-undangan, berupa:PP No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraaan Pemerintaha Daerah; Keppres No.74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; Keppres No. 102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, dan Susunan Organisasi antar Departemen: dan Kepmendiknas No. 030/O/2002 tentang Struktur organisasi Itjen Depdiknas.

Tata urut perundangan dalam pengawasan pendidikan penting dikenali agar penyimpanagan dapat diketahui sedini mungkin. Proses penyadaran terhadap dimensi legalistik pengawasan pendidikan penting dikaji dan dikembangkan, karena pendidikan berdimensi masyarakat (publik) yang mensyaratkan perlindungan hukum.

PENGANTAR PENDIDIKAN

ILMU PENDIDIKAN

Ilmu Pendidikan memerlukan landasan keilmuan karena pendidikan dapat dijadikan pijakan, arah, serta pilar utama terhadap pengembangan manusia, Bangsa dan Negara untuk selalu berwawasan luas demi tercapainya cita-cita bangsa. Bagi bangsa Indonesia pendidikan diharapkan bias mengusahakan pembangunan manusia pancasila sebagai manusia yang tinggi kualitasnya dan mampu untuk mandiri. Landasan keilmuan itu juga sebagai pemberi dukungan bagi perkembangan masyarakat. Sehingga Ilmu Pendidikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

LANDASAN-LANDASAN YANG RELEVAN


Landasan Filosofis

Landasan yang berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan, menelaah masalah-masalah pokok seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.

Landasan Sosiologis


Kegiatan pendidikan yang merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri.

Landasan Budaya


Landasan yang mempelajari tingkah laku yang dapat diterima kemudian menerapkan tingkah lakunya itu sendiri. Menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Landasn ini juga bertujuan agar pendidikan di Indonesia mengutamakan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara aspek pelestarian nilai-nilai luhur sosial, kebudayaan, dan aspek-aspek pengembangan.

Landasan Psikologi


Landasan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik, utamanya aspek kejiwaan. Psikologi menyediakan informasi tentang kehidupan pribadi manusia serta gejala-gejala aspek pribadi.

Landasan Ekonomi


Landasan ini membahas tentang budaya yang diperlukan dalam pandidikan, hasil dari pendidikan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebagainya.

Landasan Agama

Landasan Agama dalam pendidikan memberikan keterangan bahwa agama berasal dari wahyu yang gerasal dari tuhan(dalam hal ini agama bersifat residental). Dengan landasan ini diharapkan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada agama.

Antropologi


Landasan ini berkaitan dengan landasan budaya. Dengan adanya landasan antropolgi,peserta didik dapat mengetahui kebudayaan daerah lain.

Hukum


Dengan adanya landasan ini setiap orang akan lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan(berkenaan dengan perilakunya). Jika ia melanggar maka ia akan dikenai hukuman atau sanksi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Politik


Landasan politik penting untuk melatih jiwa masyarakat,berbangsa dan bertanah air dan juga dap[at dimaknai sebagai suatu studi untuk mengkritisi suatu system pemerintahan dan pemerintah yang bila memungkinkan melakukan penyimpangan amanat.

KEGIATAN OBSERVASI

Kegiatan observasi ini adalah sebuah kegiatan yang dilakukan setelah melakukan pertemuan pendahuluan antara supervisor dengan guru. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah pertemuan pendahuluan. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati cara mengajar guru. Observasi mengajar ini dilaksanakan pada hari/tanggal dan kelas sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan pre conference. Guru menjelaskan materi kepada siswa sesuai dengan materi pokok dalam rencana pembelajaran yang disertai dengan contoh-contoh. Supervisor duduk dibangku yang paling belakang sehingga tidak mengganggu siswa yang sedang diajar. Selama di kelas supervisor selalu memperhatikan dan merekam secara objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan observasi ini dilakukan dengan alokasi waktu dua jam pelajaran. Supervisor menilai cara mengajar guru berdasarkan instrumen lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu supervisor juga memberikan masukan-masukan yang perlu dikembangkan guru dalam mengajar secara tertulis di lembar observasi.

PENERAPAN TQM DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Latar Belakang

Seperti halnya revolusi industri dibuat cara baru pekerjaan manufaktur ditahun 1800-an, revolusi kualitas membuat cara baru dalam pekerjaan di seluruh organisasi di tahun 1990-an. Apakah organisasi itu adalah perusahaan manufaktur yang membuat mobil, perusahaan jasa yang menawarkan transportasi penerbangan dari Eropa ke Amerika Utara, jawatan sosial milik pemerintah yang menawarkan keuntungan pembayaran atas kualifikasi tuntutan, organisasi non-profit untuk hidup yang lebih baik dari keadaan yang merugikan atau sekolah, kesemuanya digunakan didalam mengevaluasi kembali proses dan perubahan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manajemen.

Beberapa perusahaan mencari manajer TQM. Yang lain meminta pada staf mereka untuk memasukkan kembali kualitas. Beberapa memasukkan staf mereka pada kursus manajemen kualitas dan mengkonfigurasikan kembali atas respon yang baik terhadap inisiatif kualitas. Beberapa tim manajemen di sekolah ketika memulai, katakan kepala guru di Inggris, membuat aktifitas penggunaan “kata-Q”(Samuel, 1991).

Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santoso, 1992, p. 33). Pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya. Total Quality Manajement merupakan suatu pedekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan kini sebenarnya telah, sedang, dan akan terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Mulai dari peningkatan kualitas pendidikan pra sekolah, dasar, menengah, sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu upaya yang kini sedang disosialisasikan dan dianggap tepat adalah melalui Total Quality Manajement (TQM) atau manajemen mutu terpadu. Esensi dari TQM adalah suatu filosofi dan menunjuk pada perubahan budaya dalam suatu organisasi (pendidikan), serta dapat menyentuh hati dan pikiran orang menuju mutu yang diidamkan.

Gerakan TQM dalam bidang pendidikan

Gerakan TQM di mulai dibidang industri di Amerika Serikat antara pada tahun 1920 s/d 1940 dan di Jepang pada sekitar tahun 1950. tokohnya antara lain Deming, Sheward, dan Juran yang menyatakan bahwa mulailah dengan apa yang diinginkan pelanggan, selain organisasi juga memiliki standar yang tinggi. Berdasarkan ide tersebut, Jepang mengembangkannya dan ternyata berhasil. Keberhasilan ini dianggap suatu revolusi dalam bidang manajemen (Ishikawa, 1985).

Dari uraian di atas sebenarnya menunjuk pada organisasi yang unggul/bermutu adalah : organisasi yang harus dekat dengan pelanggan, memiliki obsesi mutu, memiliki birokrasi berdasarkan aktivitas dan antusias anggota. Keberhasilan dalam menerapkan TQM (Jepang) juga dapat dilihat dari : faktor budaya kerja, sikap terhadap mutu, kompetisi untuk menguasai pasar, dan mengembangkan sikap inovasi dan menumbuhkan motivasi anggota/karyawan.

TQM masuk dalam bidang pendidikan pada sekitar tahun 1980. utamanya dilaksanakan di perguruan tinggi hingga pendidikan. Upaya itu terus menerus meningkat di Inggris dan Amerika pada tahun 1990. fokus utamanya pada peningkatan kualitas pendidikan melalui reorganisasi praktek pendidikan. Keberhasilan TQM ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa jaminan kualitas pendidikan sangat diperlukan dan agar setiap lembaga pendidikan menetapkan sistem TQM-nya.

Konsep TQM Dalam Bidang Pendidikan

1 Tujuan TQM

Tujuan utama TQM dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksudkan tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.

1. Prinsip TQM


Pencapaian tujuan di atas dapat dicapai jika menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut : pemfokusan pada pelanggan, peningkatan kualitas pada proses, dan melibatkan semua komponen pendidikan.

Pemfokusan pada pengguna menunjuk pada setiap peningkatan kualitas pendidikan haruslah didasarkan pada keinginan, kebutuhan, dan harapan pengguna pendidikan (internal dan eksternal). Konsep ini memerlukan pengumpulan dan penganalisaan data lapangan secara tepat sehingga perlu mempertemukan kedua belah pihak.

Peningkatan kualitas pada proses menunjuk pada peningkatan terus menerus yang dibangun atas dasar : pekerjaan akan menghasilkan serangkaian tahapan interelasi dan aktivitas yang pada akhirnya akan menghasilkan output (keluaran).

1 Elemen pendukung TQM

Terdapat elemen-elemen pendukung untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan, yaitu : kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, penghargaan, pengukuran (Tenner dan Detoro, 1992:32)

Pemahaman terhadap TQM dapat pula difokuskan pada beberapa karakteristiknya. Beberapa karakteristik TQM dalam bidang pendidikan adalah : berfokus pada pelanggan, memiliki obsesi terhadap kualitas tinggi, menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, memerlukan kerjasama tim, memperbaiki proses secara berkelanjutan, menyelenggarakan pendidikan dan latihan TQM, memberikan kebebasan terkendali, ada kesatuan tujuan, dan ada keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (Tjiptono dan Diana, 1996:5)

Beberapa indikasi kunci keberhasilan organisasi yang mengimplementasikan TQM (selain karakteristik di atas) sangat ditentukan oleh berbagai hal. Indikasinya ditunjukkan melalui : komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran organisasi, organisasi yang mantap, motivasi dan disiplin yang tinggi (Gandem, 1999). Oleh karena itu, organisasi yang mengimplementasikan TQM secara tepat dapat dibedakan dengan organisasi lainnya didasrkan pada karakteristik tersebut.

IMPLEMENTASI TQM DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya menempuh tiga tahapan sebgai berikut :

(1) Persiapan. Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah : membentuk tim, melaksanakan pelatihan TQM bagi tim. Merumuskan model atau sistem yang akan dikembangkan sebagai nama implementasi TQM, membuat kebijakan berkaitan dengan komitmen anggota organisasi untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada semua anggota organisasi berkaitan dengan adanya perubahan, melakukan analisis faktor pendukung dan penghambat organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan internal dan eksternal. Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara sistematik dan sistematis dengan dukungan penuh pimpinan dan anggotanya. Fleksibilitas dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing lembaga pendidikan. Oleh karena itu, dalam tahapan persiapan memang memerlukan kemauan, perhatian, dan komitmen yang tinggi untuk mendukung tahapan berikutnya.

(2) Pengembangan sistem. Berdasrkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan model atu sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan petunjuk kerja kepada tim inti maupun tim imbas secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir baik sumber daya manusia maupun non manusianya secara cermat dan akurat dalam rangka memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.

(3) Implementasi sistem. Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah sebagai berikut : melaksanakan uji joba sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu berdasarkan siklus PDCA, anggota tim menginformasikan kepada pimpinan maupun steering commits berkaitan dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan secara rinci, tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan (baik pelanggan internal maupun eksternal), melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan, dan mendiskusikan/melaksanakan rapat pemimpin dan pelaksana sistem jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh balikan yang ada untuk menghasilkan atau membuat modikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kesemua tahapan tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Apabila salah satu tahapan maupun langkah bermasalah, hal tersebut akan berdampak pada tahapan maupun langkah berikutnya. Oleh karena itu, setiap ada masalah harus segera dicarikan solusi pemecahannya hingga tuntas.

Faktor penentu dalam mengimplementasikan TQM :

Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam mencapai prestasi yang membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya. Factor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut :

(1) Kehendak atau izin dari-Nya. Allah SWT memiliki kekuasaan yang Maha Kuasa atas segala alam dan jagat raya ini, sehingga semua yang terjadi di dunia ini adalah karena kehendak-Nya. Oleh karena itu, keberhasilan organisasi harus diyakini sebagai kehendak-Nya. Organisasi tidak akan mencapai keberhasilan yang diinginkannya jika tidak karena mendapatkan izin dari-Nya.

(2) Sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang yang terlibat atau terkait dengan penerapan sistem di perum. Mulai dari unsur pimpinan sampai dengan seluruh para pekerja atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan mencapai prestasi juga ditentukan oleh mereka dan sebagai penggerak utamanya adalah pemimpin dengan segala aspek kepemimpinannya.

(3) Sumber daya non manusia. Sumber daya non manusia juga menjadi faktor penentu organisasi dalam mencapai keberhasilan dibidang kualitas. Sumber daya manusia yang dimaksudkan berupa sarana dan prasarana yang digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui penggunaan sarana dan prasarana ynag ada, semua aktivitas organisasi dapat tertopang secara lebih optimal.

MANFAAT IMPLEMENTASI TQM

Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh jika lembaga pendidikan mampu mengimplementasikan TQM secara baik di masa mendatang. Beberapa manfaat yang dimaksudkan, antara lain :


Pelaksanaan perubahan/mutasi pegawai tidak mengganggu aktivitas utama lembaga pendidikan.
2. Keluhan dari pelanggan internal maupun eksternal dapat dieliminasi sekecil mungkin.
3.Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dan ada di lembaga lebih optimal
4.Pelaksanaan aktivitas utama lebih efisien dan efektif.
5.eksistensi lembaga pendidikan.
6. Dapat menjadi model untuk mengembangkan lembaga pendidikan lainnya (yang belum mengimplementasikan TQM di indonesia bahkan di asia).
7. Hubungan antar lembaga pendidikan dengan stakeholders menjadi lebih

TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PENGERTIAN

Tehnik manajemen pendidikan secara umum merupakan suatu metode untuk mengelola sarana, piranti, alat manajemen pendidikan supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Dalam tehnik manajemen pendidikan sebagai seni adalah dengan menggunakan teori yang sama, pemimpin tertentu dapat berhasil sedangkan pemimpin yang lain belum tentu.

Sedangkan ditilik dari tehnik manajemen pendidikan sebagai ilmu merupakan kemampuan memimpin pendidikan dalam melaksanakan tehnik manajemen pendidikan yang merupakan bagian terpenting dari ketrampilan manajemen atau managerial abilities. Kemampuan ini hanya dapat dikembangkan melalui praktek dan pengalaman yang berdasarkan teori “the know how” (tahu bagaimana). Suatu teori termasuk teori manajemen pendidikan merupakan rumusan dari logika tertentu yakni seperangkat hukum, prinsip yang menentukan dari seluk beluk tersebut.

MACAM TEHNIK MANAJEMEN PENDIDIKAN

Tehnik manajemen pendidikan dibagi dua, yakni yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Tehnik manajemen pendidikan yang bersifat umum adalah tehnik yang dapat dipakai atau diterapkan bagi seluruh organisasi atau bawahan. Tehnik manajemen pendidikan yang bersifat khusus merupakan tehnik tertentu yang dapat digunakan secara terbatas atau khusus.

A. Tehnik manajemen pendidikan bersifat umum:

1. Tehnik manajemen konvensional/tradisional, meliputi

Manajemen berdasarkan kepribadian
Manajemen berdasarkan kebiasaan
Manajemen berdasarkan hadiah
Manajemen berdasarkan paksaan

2. Tehnik manajemen modern,


*Manajemen berdasarkan tujuan
*Manajemen berdasarkan hasil
*Manajemen berdasarkan sistem
* Manajemen berdasarkan delegasi
*Manajemen pola kerja terpadu


B. Tehnik manajemen pendidikan bersifat khusus:


* Tehnik manajemen untuk memecahkan masalah
* Tehnik manajemen untuk memperoleh informasi yang baik
* Tehnik manajemen untuk mengembangkan organisasi
* Tehnik manajemen untuk mengembangkan human relation
* Tehnik manajemen untuk seleksi personal
* Tehnik manajemen untuk inovasi
* Tehnik manajemen untuk diskusi

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Pengertian administrasi atau manajemen banyak diungkap oleh para ahli administrasi pendidikan. Administrasi Pendidikan menurut Syarif (1976 :7) “segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya pendidikan. Menurut Syamsi (1985:10) “administrasi adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang-orang secara bersama-sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Soepardi (1988:7) “ administrasi adalah keseluruhan proses kegiatan-kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih oarang-orang secara bersama-sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perlu juga diketahui berbicara mengenai manajemen tidak akan terlepas dari fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Fungsi dari manajemen banyak diungkapkan oleh para ahli, tetapi yang mudah diingat adalah fungsi-fungsi yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi (Fayol dalam Sahertian)

Berdasarkan uraian mengenai manajemen atau administrai dari beberapa ahli di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa administrasi pendidikan adalah segala usaha bersama mulai dari perencanaan, pengorganisassian, pelaksanaan, dan pengevaluasian dalam hal mendayagunakan semua sumber daya yang ada secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan yang teelah ditetapkan yaitu tujuan pendidikan.

Administrasi pendidikan adalah “ segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan” (Syarif, 1976:126)

Pengertian administrasi pendidikan menurut Sutisna (1979:2-3) adalah :

Administrasi pendidikan adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber personil dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama. Ia mengerjakan fungsifungsinya dengan jalan mempengaruhi perbuatan orang-orang. Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan, penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sessuatu mengenai urusan sekolah yang langsung berhubungan dengan pendidikan seklah seperti kurikulum, guru, murid, metode-metode, alat-alat pelajaran, dan bimbingan. Juga soal-soal tentang tanah dan bangunan sekolah, perlengkapan, pembekalan, dan pembiayaan yang diperlukan penyelenggaraan pendidikan termasuk didalamnya.

Administasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan (Soepardi, 1988:24-25). Syarat dari administrasi pendidikan menurut Danien (1982:8), yaitu

1.Adanya kerja sama sekelompok orang
2. Adnya penataan atau pengaturan dalam kerja sama tersebut
3.Adnya suatu tujuan tertentu yang akan dicapai melalui kerja sama tersebut.


Tiga syarat tersebut memang benar, dengan kita melihat kembali definisi administrasi yang dikemukakan oleh banyak ahli tersebut di atas. Sedangkan ciri-ciri dari administrasi pendidikan menurut Soepardi (1988:7) adalah:

1. Adanya sekelompok orang-orang yang lebih dari satu orang.
2. Kelompok-kelompok di atas merupakan korps yang bekerja sama.
3. Kerja sama yang merka lakukan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan.kerja sama tersebut merupakan proses.

Dua pendapat tersebut sama benarnya, dan sama-sama ada tiga unsur dan satu unsur yang merupakan tambahan dari pendapat Soepardi yaitu adanya proses kerja sama sekelompok orang dalam penataan guna pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama. Tujuan dari pendidikan adalah agar semua pekerjaan yang ada di dalamnya dapat berjalan denga baik dengan mempergunakan segala fasilitas yang ada di dalamnya seefektif dan seefisien mungkin guna pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini di dukung dengan tujuan Administrasi Pendidikan yang di kemukakan oleh Syamsi, yaitu;

Tujuan Administrasi Pendidikan adalah agar segala pekerjaan atau kegiatan yang ada dalam suatu usaha kerja sama itu bisa berjalan dengan baik, lancar, teratur, mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tujuan Administrasi Pendidikan adalah untuk mendayagunakan segala tenaga, fasilitas dan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

MANFAAT PENDIDIKAN

embahasan tentang pengawasan pendidikan harus diawali dengan dua pengamatan dasar, pertama bahwa orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi berbeda dengan orang yang kurang berpendidikan. Pengamatan kedua adalah perubahan individu yang terjadi setelah mereka mendapatkan yang lebih tinggi.

.

Dimensi Manfaat Pendidikan


Orang yang akan mendapat beberapa keuntungan atau manfaat pendidikan yang pertama dan yang paling nyata adalah siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga setiap karakteristik tersebut harus dapat dipahami agar mereka dapat mencapai manfaat dalam pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang lain dalam masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung (keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan diperoleh siswa mudah sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca disekolah lebih baik dari pada mereka yang tidak dapat membaca.

Dalam ekonomi hal ini disebut “manfaat pribadi”. Para ekonom membedakan manfaat pribadi dengan manfaat sosial. Manfaat sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang selain pendidikan. Masyarakat dikatakan lebih baik karena pendidikan mereka.

Karakteristik dan pembawaan umum tertentu dapat dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk pemahaman tentang nilai demokrasi sebagai upaya untuk memerangi segala bentukkediktatoran dalam suatu pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis dan yang pantas. Keahlian tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari bidang studi kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan pengajaran lain.

Perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti bahwa pengukuran pretest dan protest pada individu diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan yang disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal sebagai “pendekatan penambahan nilai”.

Terdapat lima cara yang berbeda untuk membuat fakulasi (penghitungan) dan mengaplikasikan metode yang spesifik pada pendidikan yang lebih tinggi. Yang pertama adalah dalam mengevaluasi perubahan individu, segala yang dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran kelebihannya. Kedua yaitu menyelidiki reaksi klien terhadap pendidikan universitas. Ketiga adalah mempertimbangkan peningkatan dalam nilai kapita dari manusia yang merupakan hasil dari pendidikan yang lebih tinggi. Keempat melihat seberapa besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan dalam pertumbuahn. Kelima dalam memperkirakan nilai pendidikan universitas dengan melihat pada tingkat pengembalian investasi pada pendidikan universitas.

Manfaat pendidikan diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu sendiri, manfaat pendidikan dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka melaksanakan pendidikan. Persamaannya seperti manfaat sosial dari mengikuti permainan sepak bola di SMA terjadi selama pengalaman pendidikan.

Fungsinya Memahami Manfaat Pendidikan

Penting sekali untuk mengetahui apa manfaat yang meluas dari pendidikan agar dalam mengalokasi sumber tidak hanya antara berbagai macam dan tingkat sekolah tetapi juga antara pendidikan dan juga program sosial. Manfaat pendidikan juga harus dihargai untuk memutuskan bagaimana membiayai pendidikan pada tingkat yang berbeda. Jika manfaat meluas pada masyarakat yang bersekolah, terdapat alas an untuk memajukan pembiayaan sendiri bagi proses pendidikan, bahkan bias dari pinjaman. Manfaat pendidikan juga harus diidentifikasi untuk menginterpretasikan motivasi pendidik. Secara mendasar pengetahuan diperlukan sebagai manfaat pendidikan sehingga proses pendidikan dapat dievaluasi melalui analisis harga manfaat yang berhubungan dengan alokasi dana dan dalam penetapan manajemen.



Penelitian dan Manfaat Pendidikan

Pendidikan Dasar

Salah satu pemikiran dasar untuk pendidikan remaja selalu adalah fungsi penjagaan sekolah-sekolah, menjauhkan anak-anak dari jalanan, mengurangi kejahatan, membebaskan orang tua untuk bekerja atau bersenang-senang, dan mengajari anak-anak tentang norma-norma masyarakat.

Serupa dengan itu, sekolah-sekolah telah dipercaya melakukan satu fungsi sosialisasi; mengajari anak-anak bagaimana cara bergaul, berbagi, mengambil giliran (bersabar), berpakaian, dan menyesuaikan diri.

. Pendidikan Tinggi


Para ekonom memfokuskan pada manfaat yang terkait dengan pekerjaan dan karier yang diterima dari perguruan tinggi oleh mereka yang kuliah dan lulus bukan karena mereka hanya memikirkan uang, tetapi mereka ingin melihatapakah perubahan yang disebabkan oleh kuliah diperguruan tinggi meningkatkan produktivitas (yakni, menghasilkan modal manusia) dan dengan demikian meningkatkan pendapatan.

(Schultz,1961) menghipotesiskan bahwa kuantitas dan kualitas pendidikan yang didapat oleh suatu individu memberikan kontribusi pada modal manusianya, yang menghasilkan kapasitasproduksi yang lebih besar. Modal manusia satu individu selalu bergantung pada faktor-faktor disamping pendidikan (seperti; kesehatan, motivasi, kemampuan bawaan, dan status social ekonomi).

Manfaat dari perguruan tinggi yang berhubungan dengan keuntungan penghasilan dan gengsi social pada dasarnya berkaitan dengan penawaran dan permintaan akan pekerja berpendidikan perguruan tinggi. Kapanpun ada penawaran yang lebih besar dan penawaran lebih sedikit harga naik.

(Rumberger, 1986) mengemukakan bahwa pendidikan sekolah tambahan tidak selalu secara otomatis dihargai dengan pendapatan yang lebih tinggi. Menurut Rumberger, pendidikan sekolah khusus untuk pekerjaan tertentu. Yakni, ketika para pekerja memperoleh pelatihan berdasarkan pada penilaian mereka sendiri atau satu penilaian independent terhadap apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut, pelatihan tersebut dihargai dengan gaji yang lebih tinggi, sementara pelatihan lain yang tidak bersifat khusus untuk satu pekerjaan tertentu mungkin tidak begiti dihargai.

Dinegara-negara lain, proporsi penduduk yang memenuhi syarat yang telah kuliah diperguruan tinggi biasanya jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat. Oleh karena itu, lulusan perguruan tinggi dinegara-negara lain dapat mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk mendapati dirinya tidak dihargai dipasar kerj. Di Amerika Serikat sulit untuk berpendapat bahwa setiap tingkat kejenuhan ditingkat S1 dapat menyebabkan kelebihan pendidikan pendidikan dalam artian umum, karena hasil-hasil kejuruan merupakan bagian kecil dari total manfaat pendidikan ditingkat tersebut. Terkait dengan pasar kerja, apa yang dibutuhakan untuk individu bias merupakan pemborosan bagi perekonomian secara keseluruhan (contohnya, gelar S1 dapat dibutuhkan untuk mengajar sejarah kelas empat, tetapi mungkin tidak ada kebutuhan guru sejarah lagi).

Dinegara-negara lain, gelar S1 perguruan tinggi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berperan sebagai dokumen resmi professional terakhir. Contohnya, di Brasil, bahkan hokum dan kedokteran dipraktekkan oleh lulusan perguruan tinggi tanpa pendidikan pasca sarjana. Ketidakcocokan antara permintaan dan penawaran akan lulusan untuk beragam bidang profesi dan disiplin ilmu menjadi lebih dari sekedar alas an untuk mempertanyakan pertumbuhan dalam pendidikan S1.

(Bowen, 1977) dalam rangkumannya “Apakah pendidikan tinggi setimpal dengan biayanya?”, Bowen memulai dengan memperlihatkan bahwa “Tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengubah orang-orang dengan cara-cara yang diinginkan. Tetapi dalam contoh pertama, tujuannya adalah untuk memodofikasi sifat-sifat dan pola-pola perilaku manusia secara perorangan. Universitas-universitas juga berperan melestarikan warisan budaya dan memajukan peradaban. Mereka memberikan layanan masyarakat langsung seperti layanan kesehatan, perpustakaan,museum,pertunjukan drama dan musik, layanan konsultasi.

Dampak terkait universitas terhadap masyarakat dapat dianggap negative (contohnya, jika mereka menghasilkan penelitian yang berakhir dengan pengembangan senjata yang merusak).

1. Kesimpulan

Setiap individu tidak dapat berharap lebih untuk mendapatkan semua manfaat yang telah dikemukakan. Sebagian manfaat menjadi lebih lemah ketika satu tingkat pendidikan menjadi kurang eksklusif pasti juga ada dampak negative pendidikan sekolah. Analisis untung rugi harus dilakukan oleh individu-individu dalam memutuskan apakah manfaat potensial yang dapat mereka terima dari bersekolah di satu lembaga pendidikan tertentu sesuai dengan biayanya. Serupa dengan itu, masyarakat harus bertanya apakah manfaat yang akan diterimanya dari pengalokasian dana public untuk pendidikan setimpal dengan manfaat yang dihasilkan dari penggunaan alternative dana ini.

Kesimpulannya disini adalah bahwa bagi sebagian besar individu dan bagi masyarakat secara keseluruhan, pendidikan sekolah merupakan investasi yang bagus, namun demikian tidak seorangpun akan begitu ceroboh untuk mengatakan bahwa pendidikan patut didukung, tetapi kita tidak dapat berharap